Jumat, 06 Februari 2015

Mandor Bangunan is My Side Job

Ternyata target postingan tulisan ke blog ini tak semudah yang diharapkan tadinya empat setiap minggu pada kenyataan baru bisa dua postingan, karena kesibukan yang semakin padat beberapa minggu ini. Selain urusan domestik rumah tangga dan produksi rendang, saya disibukkan jadi mandor bangunan.
Rumah kami memang belumlah rampung sejak direnovasi satu tahun yang lalu karena terkendala biaya yang mandeg ditengah jalan akibat tukang yang tidak profesional sehingga di sana sini harus dibongkar pasang.. Tentu saja tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan karena bahan seperti semen, pasir dan keramik harus dibeli ulang pastinya over budget. Pembangunan terpaksa dengan berlapang dada berhenti sampai lantai satu saja dengan hanya satu kamar tidur yang bisa ditempati. 
Suatu hari ibu saya berkunjung ke rumah kami yang mengharuskan kamar di lantai dua harus ada yang sudah bisa ditempati. dengan sedikit memaksakan diri dan mengencangkan ikat pinggang yang memang sudah ketat menjadi diperketat lagi hingga membuat agak sesak bernafas dan perut terlihat rata, tak apalah biar terlihat langsingan, hehehehe. Akhirnya satu kamar lantai atas diirampungkan dalam empat hari dan siap ditempati Ibu saya, sementara ruangan yang lain ya masih begitu deh......
Selang satu tahun lebih dua bulan, pengerjaan rumah dilanjutkan kembali, kali ini setengah memaksakan karena setiap hujan rembesan airnya sampai ke kamar dan dapur, akibat tembok bagian luar belum diplester, situasi demikian membuat tidak nyaman sekali. Alhamdulillah kali ini rezekinya lagi ada ya pengerjaan dilanjutkan. Mudah-mudahan dana yang ada sampai lantai dua nyaman untuk ditempati dan anak-anak bisa punya kamar sendiri. Mereka sudah berkhayal punya kamar sendiri sampai membayangkan nanti interior kamarnya mau seperti apa, saya cuma bisa menyuruh mereka berdoa agar dana yang ada mencukupi untuk interior yang mereka bayangkan, karena sebenarnya saat ini dana sudah mulai menipis padahal baru sampai pemasangan plafond dimana kami memilih plafond gipsum yang ternyata relatif mahal dibanding jenis plafond lainnya.
Sampai di sini dulu ya, karena tugas sebagai mandor sudah memanggil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar