Jumat, 31 Oktober 2014

Susi Pudji......?

Seminggu ini media sedang heboh memberitakan tentang kabinet kerja yang baru saja dilantik, status di media sosial pun rame memperbincangkan kabinet tesebut. Saya tak akan ikut - ikutan latah membicarakan kegaduhan berita yang lagi jadi trending topic tersebut, namun saya akan cerita sedikit efek berita tersebut mempengaruhi hari - hari saya belakangan ini, sebenarnya buat saya ini cerita agak konyol sih.
Baiklah kejadian konyol yang saya maksud adalah ketika menjemput Uni anak saya ke sekolah setelah kegiatan ekstrakurikuler melukis. Sampai di sekolah kegiatan ekstrakurikuler melukisnya belum selesai, alhasil saya harus menunggu, kebetulan Uni duduk di barisan depan dekat guru melukisnya yang bernama Bu Nina, saya hampiri Uni. Di sela waktu menunggu anak - anak menyesaikan lukisannya saya tak sengaja duduk berdekatan dengan Bu Nina, dan terjadilah obrolan ringan antara kami,
Bu Nina : " Bunda suka Susi?"
Saya : "Mm...Susi? Susi Pudji............
Untungnya sebelum saya meneruskan nama yang akan saya sebut Bu Nina keburu meneruskan kalimat yang belum selesai beliau lontarkan,"Iya Bunda saya jualan sushi".
Oh barulah saya mengerti maksudnya, hahaha....coba kalau Bu Nina tidak meneruskan kalimatnya, wah saya malu banget, efek baca media online saat menunggu Uni. Ternyata Bu Nina jualan sushi, beliau terus melanjutkan, "kalau  Bunda mau bisa pesan ke saya, dengan gelagapan saya menjawab "iya bu nanti kapan - kapan saya pesan deh", padahalnya sebenarnya lidah saya ga biasa tuh makan Sushi atau apalah makan Jepang lainnya, maklum lidah saya ndeso banget. Tak terasa penantian saya selesai juga, hehehe... (kayak menunggu apa aja). Uni langsung membereskan cat air, krayon, buku gambar dan peralatan lukis lainnya,"ayo Bunda bantuin dong", Uni membuyarkan lamunan saya yang masih dipenuhi berita dan obrolan saya dengan Bu Nina, " siap bos" ucap saya sambil langsung turun tangan membantu Uni membereskan peralatan lukisnya. " Bunda enak lho sushi buatan Bu Nina, kata Uni ketika kami berjalan menuju parkiran,"masak, emang Uni udah pernah nyobain?, tanya saya, "belum, jawab Uni, "nah lho kok Uni tau sushi nya enak?tanya saya penasaran, "kayaknya sih Bunda, Uni ngebayangin enak banget", jawab Uni sambil ekspresi mukanya seperti sedang menikmati makanan. "Uni bisa aja, makanan yang ga biasa uni makan aja Bunda suruh coabain ga mau", kata saya, sambil menyalakan mesin motor. Uni lidahnya ga jauh beda sama saya lidah ndeso, mungkin karena tak terbiasa dan tak pernah dikenalkan. Kebiasaan keluarga kami kalau makan keluar ya pilihannya makanan tradisional Indonesia, otomatis lidah kami tak terbiasa dengan makanan luar negeri. Dan motor pun saya pacu menuju ruamah.

Selasa, 21 Oktober 2014

Mamat dan Budi

Seperti biasa menjelang tidur Uni dan Aka menodong saya untuk menceritakan sebuah kisah. Semua cerita yang saya punya sudah habis saya ceritakan semuanya, akhirnya dengan menghayal sedikit saya mulailah cerita karangan saya.
Alkisah di sebuah kampung tinggal satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anak laki - laki mereka si sulung bernama Mamat kelas dua SD dan si bungsu bernama Budi masih TK. Ayah mereka bekerja di kota dan pulang ke kampung seminggu sekali, sedangkan ibu mereka punya warung di rumah.
Mamat dan Budi sebenarnya saling menyayangi tapi namanya adik selalu suka membuat kakaknya jengkel, begitu juga sebaliknya. Budi selalu ingin memakai apa saja kepunyaan kakaknya, Mamat suka kesal karena sebenarnya Budi juga memiliki apa yang dipunyai Mamat, ayah atau ibu biasa membelikan apa saja dua barang yang sama dengan harapan mereka tidak saling berebutan dan berantem, tapi harapan tinggal harapan kejadian rebutan selalu terulang lagi dan lagi.
Suatu hari Ibu pergi ke pasar membeli barang dagangan yang mulai habis di warung mereka, Mamat dan Budi sudah biasa ditinggal berdua sambil menunggui warung, entah kenapa siang itu terlintas dibenak mereka untuk main di teras belakang yang ada sumur air nya, Mamat dan Budi berlarian main kejar - kejaran. Ketika giliran Mamat mengejar Budi, Budi ke atas sumur dan tergelincir masuk ke dalam sumur, Mamat teriak "Budiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!", Mamat berlari menghampiri sumur dan langsung melempar ember yang biasa digunakan untuk mengambil air, Mamat sambil menangis," bertahan ya Bud,kamu pegang terus embernya jangan dilepas, Abang coba tarik tali embernya", Sambil berusaha menarik tali, Mamat berdoa terus"ya Allah selamatkan Budi, ya Allah Mamat janji ga akan berantem lagi, ga akan marah - marahin Budi lagi, Budi boleh pakai semua barang yang Mamat punya, tolong ya Allah selamatkan Budi". Budi di dalam sumur mengangis terus, sambil berteriak, "tolong, tolong, tolong....................", mendengar Mamat terus berdoa, Budi pun ikut berdoa,"ya Allah Budi sayang abang, Budi janji ga akan rebutan barang lagi,selalu izin kalau mau pinjam punya abang ya Allah tolong...............................!"
Di depan warung rumah mereka ada seorang bapak yang hendak membeli sesuatu, sambil memanggil,"bu beli, beli", dalam hati bapak itu bergumam,"Ibunya Mamat kok ga keluar - keluar ya?"sayup - sayup bapak itu mendengar suara minta tolong, langsung saja bapak lari mencari sumber suara, alangkah kagetnya bapak itu ketika melihat di teras belakang Mamat sedang berusaha menarik tali ember dari dalam sumur, sambil terisak Mamat minta tolong,"pak tolong angkat adik saya pak, tolong pak,jangan sampai Budi tenggelam pak". Tanpa ragu - ragu bapak itu langsung berusaha menolong sambil memberikan instruksi, "Budi kamu pegang yang kuat talinya lalu masuk ke dalam ember ya, bapak akan coba tarik Budi ke atas". Bersukur Budi badannya kecil jadi bisa masuk ke dalam ember, tak lama berselang Budi sudah keluar dari sumur bersamaan dengan pulangnya ibu dari pasar.
Mendengar kegaduhan di teras belakangnya ibu langsung berlari menghampiri,"ada apa? apa yang terjadi?" melihat Budi basah kuyup ibu langsung membalut badan Budi dengan handuk tebal dan membalurinya dengan minyak telon, sambil terus menyimak cerita Mamat tentang apa yang telah terjadi selama ditinggal ibu ke pasar.
Sejak kejadian hari itu tidak pernah lagi terlihat pertengkaran antara Mamat dan Budi, mereka hidup rukun dan damai saling menyayangi dan menghormati satu sama lainnya.
"Nah ceritanya sudah selesai, mudah - mudahan Uni dan Aka habis ini ga berantem lagi ya?". Seperti biasa Uni pasti bertanya,"Sumur itu kayak gimana sih bunda?", dan saya jawab, "nah untuk menjawabnya bunda akan cari gambarnya dulu ya besok bunda kasih liat, sekarang Uni dan Aka berdoa terus bobo ya ".
Akhirnya ketemu juga gambar sumur yang dimaksud setelah internet agak ngadat, mudah - mudahan nanti pas Uni dan Aka lihat gambarnya,ga ada lagi pertanyaan sumur itu kayak gimana, karena mereka memang dibesarkan di perumahan yang sumurnya pakai jet pam, mungkin lain kali akan langsung diajak ke sumur yang aslinya, insyaallah. 
Sekian dulu cerita kali ini.

Kamis, 16 Oktober 2014

Cerita Menjelang Tidur

Semenjak Uni ( panggilan buat anak sulung saya ) bisa bicara kami punya kebiasaan bercerita menjelang tidur, cerita apa saja, dongeng, cerita ayah atau bundanya waktu kecil sampai akhirnya cerita yang harus kami karang sendiri on the spot.Karena sudah habis kumpulan cerita yang kami punya, terpaksa kami harus kreatif mengarang cerita sendiri.
Kebiasaan itu berlanjut sampai anak ke dua kami lahir Aka panggilannya. Di awal kelahiran Aka, Uni lebih sering diantar tidur oleh ayahnya, jadi ayahnya lah yang harus bertugas menceritakan sesuatu ke Uni. Ayahnya senang banget waktu itu uni lebih tertarik cerita tentang ayahnya waktu kecil, jadi ayahnya tak dibuat putar otak untuk mengarang cerita, dan beruntungnya lagi Uni ga protes diceritain itu itu terus, sampai Uni dan saya hafal banget ceritanya, hehehehe.mau tau ceritanya?

"Waktu ayah kecil, setiap ayah pulang sekolah ayah disuruh ke ladang menolong kakek memetik cabe, trus di jalan ayah ketemu ular, ayah ketakutan lalu ayah lari main ke sungai berenang sama teman - teman ayah, pas ayah pulang dimarahin sama kakek karena kakek sudah menunggu di ladang. kalau malam ayah disuruh belajar kalau males ayah dipukul pakai kayu, ayah nangis langsung tidur. Uni pernah ga ayah pukul?ga kan, uni harus jadi anak soleh ya, ga boleh nakal".
"Ayah, kakek galak ya?", setiap cerita ini Uni selalu menanyakan hal yang sama.
"Kakek galaknya kalau ayah ga nurut, kalau ayah nurut dan ga nakal kakek baik, suatu hari ayah dibeliin tas baru sama kakek, warnanya loreng - loreng kayak baju tentara, ayah senang banget karena tas ayah yang biasa ayah pakai udah jelek dan robek, kalau ke sekolah ayah hati - hati banget pakai tasnya biar ga kotor dan ga rusak. Nah sekarang uni tidur dulu ya, besok ayah cerita lagi, ayo baca do'a tidurnya".

Semenjak ayahnya dimutasi ke Jakarta, saya lah yang bertugas membacakan cerita dari Senin sampai Jumat, karena Jumat malam ayahnya baru pulang ke Bandung. Kalau lagi ga ada ide saya akan menceritakan cerita di atas, hehehehe, dan Uni kadang melanjutkan sendiri ceritanya, karena sudal hafal tapi sama saya malah sering protes jika sering menceritakan cerita di atas.

Makanya jadi orang tua jaman sekarang kita dituntun untuk terus belajar dan kreatif tentunya.Oya ternyata ga yang jatuh cinta aja berjuta rasanya, punya anak juga berjuta rasanya, senang, sedih, marah kumpul jadi satu, tapi lebih banyak senangnya sih, karena kalau sudah marah wah rasanya nyesel banget, serasa ibu paling jahat sedunia. Jadi sekarang kebiasaan saya setiap malam setelah bercerita selalu minta maaf sama mereka,

"Maafiin bunda ya, hari ini masih belum jadi bunda yang baik buat Uni sama Aka, Mudah - mudahan besok bunda lebih baik lagi ya, bunda sayang Uni, bunda sayang Aka".

Dan mereka akan menjawab masing - masing, "Maafin Uni juga ya bunda, uni masih suka bikin bunda   kesal, mudah - mudahan Uni besok jadi anak yang baik, Uni sayang bunda".

Kalau Aka karena umurnya masih 2 tahun 7 bulan jadi bicaranya masih belum jelas dan penempatan kata pun juga belum pas, Aka akan jawab, "maafin bunda ya, yu tu", yu tu maksudnya " I love you too", karena saya suka bilang i love you, dan Uni langsung jawab "i love you too", jadi Aka ngikutin

Setelah itu malam kami berakhir dengan pelukan dan kecupan sayang dan kami tutup dengan doa mau tidur, begitulah cerita setiap menjelang tidur di rumah kami.
======================================================================
Tulisan ini disertakan di GA Every Mom has A Story #stopmomwar'
http://www.rinasusanti.com/2014/10/ga-every-mom-has-story.html

 

Kebiasaan Anak - Anak Menjelang Tidur

Anak - anak saya Uni dan Aka punya kebiasan unik menjelang mereka tidur, kebiasaan itu baru terlihat setelah mereka berumur dua tahun ya tepatnya ketika mereka berhenti ASI.
Ketika mereka masih ASI sih paling gaya mengisap aja yang bermacam - macam posisinya, mungkin ga jauh berbeda dengan anak - anak kebanyakan yang masih ASI.Ketika sudah tidak ASI barulah terlihat kebiasan unik mereka menjelang tidur.
Uni punya kebiasan mencium baju tidur saya yang udah usang dan robek. Kebiasaan itu mungkin karena saya juga sih, ketika hamil setiap mau tidur saya selalu ganti dengan baju tidur yang nyaman dan terbuka, maklum ibu hamil bawaannya kan gerah terus. Sampai melahirkan kebiasaan itu masih berlanjut, suatu malam ketika baju tidur itu tidak saya pakai lagi, Uni tiba - tiba menangis sambil menunjuk pintu, saya bingung karena waktu itu Uni belum bisa bicara dengan jelas, akhirnya saya baru ngeh ternyata maksudnya Uni saya harus ganti baju tidur yang biasanya memang saya gantung di belakang pintu kamar. Sampai umur Uni dua tahun baju itu dengan terpaksa masih saya pakai walau bentuknya sudah layak dimusiumkan. Ketika umur Uni menginjak dua tahun dan harus disapih baju tidur itu bener - bener saya musiumkan, ternyata Uni ga mau dan dia cari sendiri di lemari, singkat cerita setiap Uni tidur, baju tidur yang sudah usang itu selalu dia bawa untuk penghantar tidurnya dengan mencium baju tidur itu.
Kalau Aka beda lagi ceritanya, belajar dari pengalaman Uni, saya ga pernah pakai baju yang sama setiap tidurnya, alhamdulillah berhasil Aka tidak rewel mau tidur. Ketika umur Aka menginjak dua tahun dan berhenti ASI kebiasaan uniknya mulai terlihat, Aka tidak akan tidur kalau kakinya belum menyentuh dinding dan tangannya memegang tali bra saya, Berbeda dengan kakaknya jika pergi dan harus menginap kita tidak perlu direpotkan dengan sesuatu yang harus dibawa.
Sejak Uni mulai sekolah kebiasaan itu akhirnya bisa dihentikan karena kebetulan ketika beres - beres kamar baju tidur itu tidak sengaja hilang entah saya lupa menyimpan dimana, ketika mau tidur Uni bisa diberi pengertian setelah dia ikut mencari dan tidak menemukan. Sedangkan kebiasaan Aka sampai sekarang masih berlanjut entah sampai kapan dan bagaimana nanti berhentinya, kita tunggu saja.

Kamis, 09 Oktober 2014

Ketika Bunda Sakit

Senin pagi tanggal 8 September 2014 saya tak dapat bangun dari tempat tidur, badan terasa linu, badan panas tapi saya kedinginan, saya bangunkan suami dengan suara yang menahan kesakitan, suami kaget "badan kamu panas, ya udah ga apa-apa tidur aja lagi". 
Akhirnya suami berangkat kerja tanpa saya siapin keperluannya.
Jam 06.00 pagi itu anak pertama saya Aira (6y) bangun, biasanya ketika Aira bangun saya sudah sibuk menyiapkan bekal sekolahnya, tapi pas dia liat saya masih dalam selimut,
"Bunda kenapa masih tidur?",seperti biasa Aira langsung peluk dan cium saya.
Dia baru ngeh ternyata saya sakit, "Bunda sakit?, aku ga usah sekolah aja ya?"
Saya menganggukkan kepala, mengiyakan untuk Aira tidak masuk sekolah hari itu. Aka (2y,7m) si bungsu saya bangun mendengar percakapan saya dengan kakaknya, Aka langsung peluk dan cium saya.
"Bunda cakit?", Aka mengulangi pertanyaan kakaknya,
Biasanya setelah menyiapkan keperluan sekolah Aira saya tancap gas motor mengantar Aira sekolah, setelah itu langsung ke warung sayur, pulang ke rumah beberes, nyuci dan masak semua saya kerjakan sendiri selama hampir setahun ini karena ART berhenti.
Senin pagi itu jadi tak seperti biasanya, rumah berantakan, saya terkapar tak berdaya di kasur dengan pekerjaan rumah yang terbengkalai, dan anak yang tak terurus, bersukur anak - anak pengertian sekali pagi itu, biasanya ada aja yang diributin tapi kali ini mereka jadi anak yang manis, Aira sibuk menanyakan apa yang bisa dia bantu agar saya cepat sembuh, air minum dan mandu dia letakan di kamar agar saya gampang meminumnya, dia berusaha memperlakukan saya seperti ketika bagaimana saya memperlakukan dia ketika sakit sedangkan si kecil Aka sibuk memijat saya. Saya jadi terharu sampai menitikan air mata ternyata mereka benar - benar mengkhawatirkan saya, padahal biasanya mulut ini tak berhenti berkicau mendamaikan keributan yang mereka buat, tapi hari itu mereka jadi tim yang solid. Aira pun mau mengurus keperluan adiknya, menyiapkan makan dan minum, mengajak main juga mengantar Aka yang mau BAB ke kamar mandi dan membersihkannya, biasanya dia sangat antipati untuk urusan itu dengan alasan jijik dan bau. Ternyata Aira si sulungku bisa juga diandalkan, padahal selama ini dia belum juga bisa mandiri masih banyak membutuhkan bantuanku. Saat situasi sulit Aira dan Aka bisa jadi anak yang sangat pengertian sekali. 
"Mudah - mudahan seterusnya ya nak ga saat bunda sakit aja", bisikku saat mereka terlelap.
Hikmah yang dapat saya petik dari nikmat sakit yang diberi Allah kali ini, dalam situasi yang sulit anak - anak bisa diberi tanggung jawab diluar kemampuannya, maka tak heran di luar sana ada anak - anak yang masih kecil bisa melakukan tanggung jawab lebih dari umurnya, seperti Sinar bocah dari Polewalimandar, merawat ibunya yang lumpuh, dan mungkin banyak anak lain yang tak terliput oleh media. http://web.inilah.com/read/detail/2086993/ini-kisah-anak-merawat-orang-tuanya-sakit/10710/sinar-bocah-6-tahun#.VDZVtVfsIXU

Kamis, 02 Oktober 2014

Sebulan

Sebulan sudah internet di rumah off, pertama karena memang pulsa habis terus kami sekeluarga diberi nikmat sakit, alhamdulillah sakitnya gantian jadi kami bisa saling merawat, di minggu pertama saya duluan yang tumbang, bener - bener ga bisa apa - apa, badan panas meriang, suami tak disamping karena suami bekerja di luar kota yang pulang seminggu sekali. Alhasil uni (6y) yang merawat saya dan dia harus bolos sekolah karena sudah 10 bulan ini tidak ada ART di rumah. Uni yang menyiapkan minum dan obat saya sedangkan makanan tak bisa sama sekali saya konsumsi karena kerongkongan saya luka, uni juga yang mengurus adiknya Aka (2y,7m). Alhamdulillah seminggu berselang saya sudah pulih kembali tapi uni pula yang jatuh sakit. Seminggu setelah itu Aka si bungsu pun sakit.
Bersukur setelah Aka sembuh di rumah kami mulai ceria kembali seperti biasanya tapi karena tiga minggu berturut - turut rumah bener - bener diberesin seperlunya, setrikaan menumpuk jadi saya sibuk urusan domestik rumah tangga jadi genap satu bulan saya tak bisa internetan. Rasanya banyak yang ingin dituangkan (air kali, dituangkan) dalam blog ini tapi ga tau mulai dari mana, ah segitu dulu kali ya.