Senin pagi tanggal 8 September 2014 saya tak dapat bangun dari tempat tidur,
badan terasa linu, badan panas tapi saya kedinginan, saya bangunkan suami
dengan suara yang menahan kesakitan, suami kaget "badan kamu panas, ya
udah ga apa-apa tidur aja lagi".
Akhirnya suami berangkat kerja tanpa saya
siapin keperluannya.
Jam 06.00 pagi itu anak pertama saya Aira (6y) bangun, biasanya ketika Aira
bangun saya sudah sibuk menyiapkan bekal sekolahnya, tapi pas dia liat saya
masih dalam selimut,
"Bunda kenapa masih tidur?",seperti biasa Aira
langsung peluk dan cium saya.
Dia baru ngeh ternyata saya sakit, "Bunda
sakit?, aku ga usah sekolah aja ya?"
Saya menganggukkan kepala,
mengiyakan untuk Aira tidak masuk sekolah hari itu. Aka (2y,7m) si bungsu saya
bangun mendengar percakapan saya dengan kakaknya, Aka langsung peluk dan cium
saya.
"Bunda cakit?", Aka mengulangi pertanyaan kakaknya,
Biasanya setelah menyiapkan keperluan sekolah Aira saya tancap gas motor
mengantar Aira sekolah, setelah itu langsung ke warung sayur, pulang ke rumah beberes,
nyuci dan masak semua saya kerjakan sendiri selama hampir setahun ini karena
ART berhenti.
Senin pagi itu jadi tak seperti biasanya, rumah berantakan, saya terkapar
tak berdaya di kasur dengan pekerjaan rumah yang terbengkalai, dan anak yang
tak terurus, bersukur anak - anak pengertian sekali pagi itu, biasanya ada aja
yang diributin tapi kali ini mereka jadi anak yang manis, Aira sibuk menanyakan
apa yang bisa dia bantu agar saya cepat sembuh, air minum dan mandu dia letakan
di kamar agar saya gampang meminumnya, dia berusaha memperlakukan saya seperti
ketika bagaimana saya memperlakukan dia ketika sakit sedangkan si kecil Aka
sibuk memijat saya. Saya jadi terharu sampai menitikan air mata ternyata mereka
benar - benar mengkhawatirkan saya, padahal biasanya mulut ini tak berhenti
berkicau mendamaikan keributan yang mereka buat, tapi hari itu mereka jadi tim
yang solid. Aira pun mau mengurus keperluan adiknya, menyiapkan makan dan minum, mengajak main juga mengantar Aka yang mau BAB
ke kamar mandi dan membersihkannya, biasanya dia sangat antipati untuk urusan
itu dengan alasan jijik dan bau. Ternyata Aira si sulungku bisa juga diandalkan, padahal selama ini dia belum juga bisa mandiri masih banyak membutuhkan bantuanku. Saat situasi sulit Aira dan Aka bisa jadi anak yang sangat pengertian sekali.
"Mudah - mudahan seterusnya ya nak ga saat bunda sakit aja", bisikku saat mereka terlelap.
Hikmah yang dapat saya petik dari nikmat sakit yang diberi Allah kali ini, dalam situasi yang sulit anak - anak bisa diberi tanggung jawab diluar kemampuannya, maka tak heran di luar sana ada anak - anak yang masih kecil bisa melakukan tanggung jawab lebih dari umurnya, seperti Sinar bocah dari Polewalimandar, merawat ibunya yang lumpuh, dan mungkin banyak anak lain yang tak terliput oleh media. http://web.inilah.com/read/detail/2086993/ini-kisah-anak-merawat-orang-tuanya-sakit/10710/sinar-bocah-6-tahun#.VDZVtVfsIXU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar