Jumat, 16 Januari 2015

Cerita Anak Kelas Satu SD

Sheera adalah anak sulung saya yang biasa dipanggil Uni di rumah. Uni bersekolah di SDIT yang berada tak jauh dari perumahan tempat kami tinggal, dan itu menjadi salah satu alasan kami memilih sekolah untuk Uni karena jarak yang tak jauh dari rumah selain itu mutu juga jadi pertimbangan tentunya walupun sebenarnya kami belum melihat secara nyata karena baru 6 bulan Uni bersekolah di sana, ya iya la baru juga kelas 1. Uni sekolah dari Senin sampai Jum'at, setiap harinya berangkat sekolah jam 06.45. Jam sekolah untuk kelas 1, masuk jam 07.00 pulang jam 14.00 sedangkan Jum'at pulang jam 11.00. Kegitan pagi hari di sekolah mengaji dan sholat dhuha bersama, baru jam 08.00 kegiatan belajar mengajar dimulai begitu setiap harinya kecuali Senin upacara bendera dan Jum'at senam bersama. Karena sekolahnya Senin sampai Kamis pulang jam 14.00, tentunya saya harus menyiapkan bekal makan siang dan snacknya untuk jam istirahat. Awal masuk sekolah saya tak biasa memberikan uang jajan buat Uni karena takut dia jajan sembarangan, sesekali saja saya memberi dia jajan, namun akhirnya saya hentikan karena seringkali uangnya hilang, sampai suatu hari saya menerima SMS dari wali kelasnya meminta saya datang ke sekolah untuk membicarakan perkembangan Uni. Besoknya saya langsung datang menemui wali kelasnya, alangkah kagetnya saya apa yang telah dilakukan Uni, ternyata selama ini dia suka minta dijajanin sama temannya, oh no...........!!!!!!!!!!!!. Malunya saya bukan kepalang, singkat cerita saya datang lagi keesokkan harinya ke sekolah dengan maksud mengganti uang temannya yang pernah dia mintain, sayang sekali wali kelasnya tak masuk hari itu, saya inisiatif masuk kelas pagi itu sebelum guru yang menggantikannya masuk, saya tanya semua teman-teman Uni siapa saja yang sudah dimintain jajan kemudian saya ganti uang mereka.
***
Saya memang biasakan selalu memantau perkembangan Uni melalui wali kelasnya minimal dalam dua minggu saya akan menemui wali kelasnya untuk sekedar menanyakan bagaimana perkembangan Uni di sekolah, Alhamdulillah sejauh ini Uni baik-baik saja dalam menangkap pelajaran dia bagus dan cendrung pintar tapi Uni orangnya tak bisa diam dalam waktu yang lama, dia akan keluar jika dia mulai bosan atau berjalan-jalan menghampiri temannya, hal itu memang tak bisa saya pungkiri karena Uni memang anak yang istimewa kenapa saya bilang istimewa? karena hasil konsultasi dengan Phsykolog di TK Uni tergolong anak di grey area, maksudnya normal seperti anak-anak kebanyakan tidak, Anak berkebutuhan khusus juga tidak. Hasil Physikotesnya, IQ Uni malah diatas rata-rata anak seumurannya, tapi kelemahannya dia tak bisa melakukan hal monoton dalam waktu lama, saya kurang pandai menjelaskannya secara ilmiah di sini, kata Physikolognya tak perlu khawatir hal ini lama kelamaan juga hilang sendiri jika dia melakukan terapi berenang.
Akhirnya Uni saya masukkan les berenang untuk terapi, Alhamdulillah perkembangannya cukup bagus, setelah 6 bulan les berenag, sekarang dia sudah bisa berenang di kedalaman 2 meter, selain itu Uni mulai bisa diam dalam waktu agak lama di banding biasanya, namun sampai sekarang dia belum bisa mengikuti upacara bendera karena kelemahannya itu tadi.


Semester ke dua dimulai, minggu pertama berjalan lancar tak ada kendala berarti baik dari cerita Uni setiap pulang sekolahnya, demikian juga laporan dari wali kelasnya. Sampai Juma'at minggu ke dua, pulang sekolah Uni tak ceria seperti biasanya, dan baru saya ngeh kenapa dia begitu dari cerita dia berikut ini:
"Bunda, Uni kemaren di sekolah dituduh Ayesa ngambil uang Ayesa, terus bu guru bilang gini, Sheera jangan gitu lagi ya, padahal Uni kan ga ngambil."
Saya tentu saja kaget dan sedikit emosi mendengarnya, langsung saja saya hampiri Uni untuk meminta dia bercerita dari awal kejadian yang dia alami di sekolah. "Kenapa Uni ga cerita dari kemaren?, terus Uni bilang apa ke Ayesa sama Bu guru?",saya bertanya sambil merangkul pundak Uni.
Uni langsung bercerita dari awal kejadiannya, 
"Pagi itu bunda kasih Uni jajan 5000 kan, terus di sekolah Uni jajan 1000 di kantin, kembaliannya 4000 terus pas Uni masuk kelas Ayesa lihat dan bilang "Sheera kamu ngambil uang aku ya 4000?", Uni jawab nggak ini kembalian aku, Bu guru panggil Uni kayak yang Uni ceritain tadi terus Uni jelasin lagi itu uang kembalian Uni dari kantin, terus pas Uni baris mama Ayesa nyamperin Uni bilang gini, "Sheera jangan nakal sama Ayesa ya", udah ah bunda Uni ganti baju dulu", dia langsung ke lemari mengambil baju ganti.
Setengah emosi saya langsung telepon wali kelasnya setelah mendengar cerita dari Uni.
"Assalamualikum bu, saya mau cross check cerita anak saya bu, anak saya...................." saya langsung berondong dengan pertanyaan tanpa menunggu wali kelasnya menjawab salam saya.
"Bu saya ga mau anak saya dikambing hitamkan dengan hilangnya uang murid di kelas, kalau anak saya salah saya akan bertanggung jawab seperti waktu itu, ibu kan lihat sendiri banyak perkembangan anak saya jangan sampai saat tindakan saya mengganti uang teman-temanya waktu itu menjadi pembenaran bahwa memang anak saya mengambil uang temannya yang lain, dulu dia belum mengerti apa itu uang setelah kejadian itu dia sudah tahu dan tindakan meminta ke temannya itu tidak baik, perlu Ibu ketahui sebelum kejadian anak saya meminta jajan ke temannya, saya sempat membekali dia uang jajan tapi sering kali hilang, hal itu pernah saya laporkan ke Ibu kan dan Ibu membenarkan beberapa wali murid mengadukan hal yang sama, padahal dia pernah bilang diambil si Anu, tapi saya ga menggubris ucapan anak saya, malah saya bilang mungkin dia lupa atau jatuh uangnya, karena saya pikir mungkin dia lagi kesal sama si Anu terus bilang si Anu ngambil uangnya, saya ga main tuduh saja kan bu, sampai sekarang saya tanya Ibu belum tahu juga siapa pelakunya, jangan sampai anak saya yang jadi tertuduh untuk hal yang tidak dilakukannya, Kalau perlu saya difasilitasi untuk bertemu mama Ayesa untuk tahu duduk permasalahannya."
Wali kelas Uni mendngarkan penjelasan saya di atas dengan meng iya-iya kan saja.
Senin pagi saya temui Wali Kelasnya Uni, untuk minta maaf kalau waktu itu saya agak emosi menelepon, dan beliau memahami dan menjelaskan hasil invetigasinya ternyata sama dengan cerita Uni, dan dia menyarankan untuk melupakan kejadian tersebut, karena anak-anak juga sudah lupa. Walaupun sebenarnya saya belum puas dengan tindakan melupakan kejadian ini, tapi ya sudahlah mudah-mudahan ke depan jangan terjadi hal yang sama baik itu ke anak saya maupun anak-anak lainnya. Harapan saya sekolah mestinya lebih bijak menindaki kejadian atau laporan yang diterima dari murid maupun wali murid.
Jadikan sekolah hanya sebagai pelengkap untuk anak-anak kita, didikan, bimbingan dan pendampingan yang utama tetap dari keluarga tentunya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar