Tulisan ini pernah saya ikutkan untuk lomba "Andai Ku Tahu Ibu" yang diadakan oleh BNI Syariah dan Wolipop, Alhamdulillah belum menang, mudah-mudahan lain kali bisa ikut lomba lagi.
Kasih Ibu bagai sang surya menyinari dunia,
hanya memberi tak harap kembali,seperti itu lah gambaran Ibu saya.
Bapak saya meninggal tahun 1999 saat saya kuliah tingkat satu di salah
satu universitas negeri di Bandung dan 3 adik saya masih bersekolah SD,
SMP dan SMA, tentu saja tidak sedikit biaya yang dibutuhkan untuk
membesarkan kami. Ibu mengambil alih tugas bapak sebagai kepala keluarga
dan mencari nafkah. Alhamdulillah bapak mewariskan toko yang diteruskan
oleh Ibu sepeninggal bapak. Ibu seorang PNS di kota kecil tempat saya
dibesarkan, tentu saja profesi Ibu bertambah, sepulang kantor Ibu akan
langsung ke toko, begitu setiap harinya, tak kenal lelah, tak ada hari
libur, demi mencukupi kebutuhan anak-anaknya, sampai kaki jadi kepala,
kepala jadi kaki begitulah ibaratnya.
Adik-adik saya menyusul ke Bandung untuk meneruskan kuliah,
Alhamdulillah mereka juga diterima di universitas negeri, hal itu juga
yang membuat Ibu bersemangat dan tak lelah untuk terus bekerja dan
berusaha. Kadang penghasilan Ibu tak bisa mencukupi kebutuhan kami
kuliah, hingga Ibu harus pinjam sana pinjam sini. Setamat kami kuliah
Ibu masih terus bekerja sepanjang hari untuk melunasi hutang, dan
keinginan Ibu untuk berangkat haji pun harus ditunda karena hutang Ibu
yang tak sedikit. Saat kami anak-anaknya sudah mandiri Ibu bersikukuh
tidak mau membebani, Ibu rela mengumpulkan uang pensiunannya untuk nanti
berangkat haji, niat kami ingin membantu tak digubris Ibu. "melihat
kalian mandiri dan jadi orang sudah cukup bagi Ibu", itulah jawaban Ibu
setiap kami ingin membantu.
Begitu mulia seorang Ibu, tak kan terbalas jasanya walau semua yang kami
punya berikan untuk Ibu. Doa kami untuk Ibu, semoga Allah limpahkan
kesehatan untuk Ibu agar kelak keinginan Ibu untuk berangkat haji
terealisai, aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar